Friday, August 26, 2016

Mengenang Pramoedya Lewat Teater Bunga Tertutup

Meski sudah lama meninggal, namun karya-karya Pramoedya Ananta Toer masih tetap banyak dinikmati pencinta sastra. Dalam rangka mengenang sastrawan legendaris Pram (begitu sapaannya), Titimangsa Foundation mempersembahkan pertunjukan teater berjudul Bunga Penutup Abad. Pementasan ini diadaptasi dari novel Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa.

Bunga Penutup Abad berkisah tentang kehidupan Nyai Ontosoroh dan Minke setelah ditinggal Annelies ke Belanda. Saat meninggalkan Surabaya, kondisi Annelies tengah terguncang lantaran harus berpisah dengan suaminya Minke dan ibunya Nyai Ontosoroh. Khawatir terjadi sesuatu, Nyai Ontosoroh mengutus seorang pegawainya Panji Darma untuk menemani dan mengantarkan Annelies yang dipaksa kembali ke Belanda, tempat Ayahnya berasal.

Sepanjang perjalanan menuju Belanda, Panji Darma selalu bersurat ke Surabaya untuk mengabarkan kondisi perkembangan Annelies. Surat demi surat yang dikirim dari Panji Darma dan dibacakan Minke untuk Ibu mertuanya itu menggambarkan kondisi Annelies yang terus menurun. Hingga akhirnya sebuah surat terakhir dari Panji Darma yang mengabarkan bahwa Annelies akhirnya menutup mata di tanah kelahiran sang Ayah. Sementara Minke setelah kehilangan istri tercintanya memutuskan untuk pergi ke Batavia dengan membawa lukisan wajah Annelies yang dia beri nama Bunga Penutup Abad.

Di bawah arahan sutradara Wawan Sofwan, Happy Salma, Reza Rahadian, Chelsea Islan, Lukman Sardi dan Sabia Arifin memainkan perannya dengan sangat apik. Happy Salma yang memerankan tokoh Nyai Ontosoroh tampak mencerminkan sosok wanita jawa yang anggun dan keibuan. Di balik sosoknya yang lembut, Nyai Ontosoroh nyatanya memiliki cerita hidup kelam yang menghantarkan dirinya tinggal bersama dengan Ayah kandung Annelies.

Begitu pula akting aktor kawakan Reza Rahadian yang memerankan tokoh Minke. Reza berperan sebagai tokoh pemuda jawa yang pandai dan pekerja keras. Minke yang cerdas dan pandai itu justru jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Annelies gadis Indo anak dari Nyai Ontosoroh.

Sikap Minke yang dalam kesehariannya dihabiskan dengan belajar dan menulis dalam bahasa Belanda itu dibuat bodoh oleh cinta pertamanya. Pun dengan Annelies gadis polos yang tak pernah bertemu dengan laki-laki selain kakak dan ayahnya mendadak pandai berdandan karena jatuh cinta. Bak sepasang kekasih, keduanya mampu mengajak penonton ikut hanyut merasakan indahnya jatuh cinta. Sempat beberapa kali Minke mencium pipi Annelies.

Selain itu, Lukman Sardi yang memerankan Jean Marais pelukis yang melukis hanya untuk menyambung hidup. Dengan segala keterbatasannya, Jean Marais menjadi satu-satunya tempat berkeluh kesah Minke usai ditinggal Annelies ke Belanda. Di balik sosok misterius Ayah dari May Marais yang diperankan Sabia Arifin ini, ternyata juga memiliki kisah yang mengharukan dan sayang untuk ditinggalkan.

Meski telah banyak menyutradarai berbagai pementasan, Wawan mengaku mengangkat cerita dari novel karya sastrawan besar Pram ke atas panggung memiliki tantangan tersendiri. Sebab dia harus mengadaptasi dua novel Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa menjadi satu naskah utuh yang utuh.

"Dengan berbagai pertimbangan akhirnya dicoba untuk mengadaptasi Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa untuk menjadi satu naskah yang utuh. Saya juga mengapresiasi para pemain yang berkomitmen untuk latihan intensif sehingga bisa menampilkan kemampuan maksimal mereka di atas panggung," ungkap Wawan di Jakarta.

Tokoh utama pementasan ini, Happy Salma mengaku bangga bisa memerankan sebuah pementasan yang diangkat dari karya sastrawan Pramoedya. Dia berharap pementasan ini bisa memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan rasa cinta terhadap warisan sastra budaya Indonesia.

"Ini merupakan suatu kebahagiaan bagi saya yang boleh mengapresiasi karya penulis Indonesia ke panggung teater dan salah satu cara untuk mengenalkan generasi muda akan karya-karya sastra Indonesia," ujar Happy Salma.

Pementasan Teater Bunga Penutup abad ini bisa disaksikan selama 3 hari mulai dari 25-27 Agustus 2016 di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, Jakarta Pusat.
Load disqus comments

0 comments